Friday, April 22, 2016

[Review Anime] Shouwa Genroku Rakugo Shinjuu

Atas: Miyokichi - Sukeroku
Tengah: Yakumo
Bawah: Konatsu - Yotarou

Basic Information: http://anidb.net/perl-bin/animedb.pl?show=anime&aid=10960



Ngelantur Sebentar:

Well, well, well.

Mungkin hanya sedikit di antara Anda ada yang nengok anime ini dengan alasannya masing-masing. Sama halnya dengan saya yang NYARIS melewatkan anime yang satu ini karena beberapa hal. 

Pertama, saya masih cukup buta dengan pola cerita yang biasanya ada di cerita anime/manga berdemografi (bukan "ber-genre"! Itu kesalahpahaman!) josei karena kurangnya asupan, sehingga tetep ada keraguan ketika ingin nonton maraton. Kalo nggak salah inget, saya cuma pernah nonton Honey & Clover, Chihayafuru, sama Usagi Drop yang tergolong josei. Kedua, lack of female characters. Sebagai lelaki, saya tentu lebih tertarik dengan karakter-karakter perempuan yang (biasanya) berlimpah di banyak anime sekarang. Dan di sini memang nggak banyak, bahkan inti ceritanya berkutat di perjalanan hidup para pejantan.

Tapi... astaga. Saya dibanting abis-abisan kali ini. Saya menemukan anime terbaik musim lalu!

Yup, gelar anime of the season untuk Winter 2016 jatuh kepada...

Shouwa Genroku Rakugo Shinjuu; 昭和元禄落語心中

Sepertinya saya nggak akan menerjemahkan penuh judul tersebut karena... 2 huruf kanji terakhir itu spoiler. Yang jelas, Shouwa (昭和) merujuk pada periode tahun 1926-1989, sementara Genroku (元禄) merujuk pada periode tahun 1688-1703. Rakugo (禄落) sendiri merupakan seni storytelling komikal tradisional Jepang, yang konon katanya mulai muncul pada akhir abad ke-17 (periode Genroku), meski saat itu belum disebut dengan nama rakugo.

Ngelantur selesai, let's go to the review!



Sinopsis:

Seorang pria yang baru saja menyelesaikan masa tahanan memutuskan untuk memulai hidup baru di dunia seni rakugo. Alasannya, si ex-narapidana sangat terkesima dengan penampilan seorang rakugoka (rakugo performer) ternama, Yuurakutei Yakumo (selanjutnya akan saya sebut Yakumo-shishou), ketika mengadakan pertunjukan rakugo di penjara.

Tanpa ragu, si mantan napi pergi menuju kediaman Yakumo-shishou dan meminta agar dapat dijadikan sebagai murid. Dengan kesungguhannya memohon, dia berhasil menjadi murid sang rakugoka dan tinggal bersamanya, serta diberi nama Yotarou.

Yotarou tidak sendirian tinggal bersama Yakumo-shishou. Di rumah sang guru, tinggal pula seorang wanita bernama Konatsu, anak dari sahabat Yakumo-shishou di masa lalu, Yuurakutei Sukeroku. Usut punya usut, Sukeroku dulunya juga seorang rakugoka ternama.

Melalui Konatsu, Yotarou pun mengikuti gaya rakugo Sukeroku, meski ternyata berbeda gaya dengan rakugo sang guru. Mengetahui hal ini, nostalgia lama kembali terbayang oleh Yakumo-shishou, di masa dirinya dan Sukeroku menjadi rival sekaligus sahabat.
Dat gaze. #merinding



Review:


Aaaahhh... lega rasanya bisa nonton anime seperti ini lagi. Bener-bener terasa hidup dan sangat menonjolkan sisi budayanya. Anime yang semacam ini memang jarang saya telen, sehingga rasanya refreshed banget menyantap sesuatu yang beda dari biasanya. Ibarat kata, saya seperti sedang puas memandangi permata yang memancarkan sinar keindahannya, yang nggak saya temui di benda-benda lain. A true gem, indeed.

Jadi, apa aja faktor yang membuat anime ini bersinar?
Our protagonist--- eh bukan.

Performance #1 - Unique Timeline!

Sepanjang saya nonton anime, jarang banget, BUANGET, ada anime yang menceritakan total flashback nyaris di semua episode seperti anime ini. Seolah-olah Yakumo-shishou sedang bercerita pada murid barunya layaknya para orang tua yang bercerita nostalgia masa lalunya pada anak atau cucunya. Saya merasa seakan-akan sang master rakugo-lah yang bernarasi di sepanjang anime, yang kemudian diceritakan kembali oleh Yotarou kepada penonton (dikasih liat di ujung-ujung episode terakhir). Saya nggak punya komplain apa pun untuk itu. d(≧∀≦)


Performance #2 - Cultural Enjoyment!

Anda belum tahu rakugo itu apa? Jangan khawatir! Anime ini sukses besar menggambarkan pertunjukan rakugo secara gamblang dan mendekati aslinya (rakugo Edo style, bukan Kamigata/Osaka style). Setiap kali ada adegan pertunjukan, saya bener-bener berasa seperti lagi duduk di barisan bangku penonton. Berhubung saya juga seneng banget dengan cerita dalam media apapun (lisan maupun tulisan), maka imajinasi saya pun ikut bermain dalam membayangkan kisah-kisah yang sedang disampaikan.

Sistem organisasional dan tingkatan-tingkatan seorang rakugoka pun sedikit disebut di sini, sehingga yang menonton pun bisa mengetahui bagaimana "jeroan" hubungan yang ada di antara orang-orang yang menggeluti dunia rakugo, tanpa memberikan terlalu banyak istilah teknis.
#terharu #nangisbahagia

Performance #3 - Realism!

Saya nggak bicara historical accuracy di sini karena nggak sempet riset tentang itu sebelum nonton. But not a big deal lah ya. Yang penting saya bisa merasakan dunia yang ada di dalam anime ini begitu nyata. Bener-bener serasa ditarik ke masa lalu dengan penggambaran situasi dan suasananya yang sangat mudah dicerna oleh otak saya. Bagaimana suasana ketika rakugo sempat ditekan di masa perang, perkakas-perkakas antik yang digunakan (radio, mobil, dst), kondisi indoor rumah-rumah di masa itu (dengan teko dan pembakaran yang ditaro di tengah ruangan), serta suasana pergerakan jaman yang disampaikan. Pokoknya... wuaaaaahhhh!! Pengen ngejerit rasanya! \(≧∀≦)/


Performance #4 - Seiyuu!

Maknyus dan cadas abis! Jajaran veteran seperti Ishida Akira, Tomokazu Seki, Kobayashi Yuu, Hayashibara Megumi, dan yang lainnya sukses membawakan karakternya masing-masing dengan pas banget. Rasanya semua karakter yang saya tonton itu bener-bener hidup. Tapi yang paling saya suka adalah sewaktu narasi rakugo itu... adoooohhh, enak banget permainan lafal dan intonasinya! SEDAAAAPPP!! d(≧∀≦)b
VINTAAAAAAGE!!

Performance #5 - Message!

Amat sangat powerful dalam menyampaikan tema "menjaga budaya"! Saya berhasil dibuat bergidik setiap kali perubahan jaman sedikit-sedikit mulai digambarkan berubah lebih maju, serta bagaimana efeknya terhadap dunia rakugo itu sendiri. Hanya sedikit anime yang bisa "menampar" saya untuk memperhatikan latar waktu dan suasana yang perlahan berganti seperti ini.

Tadi saya sempat menyebutkan kalo rakugo pernah ditekan di masa perang (menurut anime ini, saya nggak tahu bener apa nggak historically). Nah, anime ini amat sangat sukses menyuguhkan situasi dunia rakugo pada masa itu, dengan efek tidak langsungnya adalah hilangnya generasi muda yang bergelut di seni tersebut. Hanya tersisa 2 anak muda (Yakumo dan Sukeroku), dan keduanya wajib menghidupkan kembali rakugo setelah perang berakhir. Saya memang bukan tipikal orang yang secara aktif menjaga budaya sendiri, namun saya selalu salut dan mengapresiasi siapapun yang melakukannya di negara dan budaya manapun. Walhasil, saya pun angkat topi untuk kedua protagonis tersebut.

Saya juga salut dengan penggambaran suasana yang amat baik mengenai pengaruh sebuah teknologi baru (televisi) yang "mengguncang" rakugo karena potensinya untuk memberikan hiburan tanpa mengharuskan orang-orang pergi ke teater. Saya pun jadi menyadari kalau pada masa sekarang nggak ada bedanya. Setiap perubahan baru pasti akan membawa guncangan bagi segala aspek, dan semua bergantung pada diri masing-masing bagaimana mengadaptasi strategi untuk menghadapinya. Apakah bertahan statis atau bergerak dinamis mengikuti perkembangan? Di anime ini pun kedua protagonis kita mengambil kedudukannya masing-masing, dengan rakugo yang tetap tradisional dan rakugo yang mengikuti selera penonton.
Sungguh mengharukan pertemuan kembali kedua sahabat ini, disertai ekstra gebukan... #plak

Performance #6 - Characters!

Ini yang PALING EDAN! Karena karakter-karakter utamanya dibuat secara apik, maka dinamika karakternya pun begitu menarik.

Sebelumnya saya mau beritahu sedikit kalau nama "Yakumo" adalah nama yang diwariskan turun temurun. Pewarisan nama seperti itu memang sudah menjadi adat para rakugoka. Nah di sini, yang saya maksud "Yakumo-shishou" adalah Yuurakutei Yakumo generasi VIII, dengan nama sebelumnya yaitu Kikuhiko.

Nggak bisa saya bantah lagi, duet Kikuhiko dan Sukeroku adalah ujung tombak "serangan" di anime ini. Kita diberikan dua karakter yang kontras namun komplemen: Kikuhiko yang cool, tenang, tradisional, dan perfeksionis berpadu dengan Sukeroku yang outgoing, nyablak, visioner, dan energik. Keduanya dibentuk sedemikan rupa oleh sang author sebagai karakter-karakter yang sangat down-to-earth dan mudah dipahami (mungkin juga bisa menarik empati) penontonnya, dengan segala hal yang menjadi kelebihan dan kelemahan mereka.

Dari interaksi keduanyalah saya mendapati berbagai konflik (mostly konflik batin), menemukan apa alasan untuk menekuni seni rakugo, serta menikmati suguhan cara mereka menangani masalah yang muncul sebagai konsekuensi langkah yang diambil. Hebatnya lagi, semua digambarkan tidak secara gamblang, namun disingkap pelan-pelan nancep baik lewat emosi, gestur, maupun perilaku. Anime ini bener-bener "show, don't tell" melalui para karakternya, sehingga sanggup membangun development secara perlahan namun tetap jebret pada waktunya.

Saya juga merasa wajib untuk mengulas sedikit tentang satu karakter lagi: sang geisha, Miyokichi Yurie. Saya memang nggak bisa membenarkan (secara moral standing subjektif saya) apa yang karakter satu ini lakukan di sepanjang anime. Tapi... she's truly a likeable b*tch. Baru kali ini saya bisa kagum dengan karakter semacam ini. Dia bukan sekedar karakter sampingan tanpa "jiwa", sangat lepas dari kata one-dimensional character. Malah bisa dibilang dialah pusat permainan emosi antara Kikuhiko dan Sukeroku. Tanpa dirinya, cerita di anime ini kurang "pedes" rasanya!
Cabe-cabean tahun 50-an. #ngarang


Opening dan ending theme-nya... bukan selera saya. Tapi! Saya suka dengan penempatan BGM-BGM nge-jazz yang bertebaran. Memang kedengerannya kontras banget dengan tema animenya, tapi saya bisa merasakan sisi estetikanya tersendiri. Unik! d(≧∀≦)

Artwork... saya nggak menemukan sesuatu yang aneh, meski Studio DEEN ngerjain 3 anime musim ini (KonoSuba, Reikenzan, dan anime ini). Mungkin karena nggak ada adegan cadas membahana di sini, kesalahan dalam animasi pun bisa diminimalisir. Desain karakter, background, serta pewarnaannya juga cocok untuk suasana jadul. Well done!
Adegan ini sumpah bikin merinding ahegrahwgehawrahwegr #aaaaggh



AotS 2016 versi Lunatic Moe? Iya.

10/10? Nggak. Ada beberapa yang mengganggu.

Pertama, anime ini memaksa saya untuk menggunakan energi mental yang lebih untuk bisa "nyemplung" ke dalam ceritanya di awal-awal. Jujur aja, episode 2 dan 3 itu buat saya kurang ngangkat, karena itulah di 2 episode tersebut saya sempet miss beberapa hal. Padahal episode 1 (yang durasinya 2x lipat episode anime normal) itu mencengkram banget. Tapi untunglah, bagian ujung episode 3 sanggup ngangkat emosi saya, sehingga seterusnya pun udah enak nontonnya.

Kedua, bagian akhir episode 12. Penempatan Sukeroku yang tiba-tiba muncul karena "punya firasat" itu... bukan selera saya. Nggak realistis aja rasanya mengingat banyak hubungan sebab-akibat di sini adalah konsekuensi keputusan yang diambil para karakternya, bukan sekedar "punya firasat".

Ketiga, anime ini bisa saya katakan "belum tamat" karena nanti akan ada season keduanya. Saya sedikit terganggu dengan tidak terjawabnya hal yang terjadi di paruh akhir episode 13.

"Ternyata masih ada kelemahannya..." #telenludah

Oh ya, saya nggak merekomendasikan anime ini bagi semua orang karena kurangnya "ciri khas" anime-anime populer kebanyakan. Artinya, anime ini dapat saya katakan hit-and-miss. Kalo nggak hit nonjok disukai, ya miss bener-bener ngebosenin yang nonton karena absennya faktor-faktor tertentu. Kemungkinan "lumayan"nya kecil.



---------------



Rating:

9.3/10 (A+ rank) untuk Shouwa Genroku Rakugo Shinjuu karena... it's truly an excellent art! Sebuah kombinasi cantik antara drama dan budaya yang berhasil dikemas secara luar biasa!

Direkomendasikan untuk penonton yang ingin mencari drama berkelas dan menyukai aspek budaya tanpa banyak penyimpangan.

Another gaze to end the review.

***

13 comments:

  1. Deen lagi bener2 bangkit gini satu musim ada 3 proyek anime yang boleh dibilang cukup bagus untuk standar Deen yang begitulah

    meskipun untuk shouwa ini belum ditonton mungkin entar saya tonton
    uniknya 3 anime itu (shouwa,konosuba,Reikenzan) dapet jatah season 2

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah makanya itu.
      Saya sendiri pernah baca/denger opini nggak enak ttg studio DEEN, tapi ternyata di sini nggak terbukti. Mungkin sampel saya masih terlalu sedikit, atau bener... ada perbaikan di internal studionya.

      ....oh ternyata 3 judul ya musim kmaren.

      Oke diedit dulu. Thx udah ngingetin (y)

      Delete
    2. kebanyakan sih katanya paling gak disuka itu fate/stay night yg kualitas yg bisa dibilang DEEN banget.
      kalo liat konosuba kualitas visuanya (episode 9) keliatan banyak yg meleleh

      Delete
    3. F/SN yang taun 2006 itu? Saya nonton maraton itu pas 2007 klo ga salah... dari segi cerita sih lumayan, meski endingnya agak nggak sreg. Trus si Shirou-nya kayak "transparan", saya anggep nggak ada juga nggak masalah kayaknya XD
      Klo artworknya... udah lupa. Nggak pernah rewatch sih, jd detail"nya udah nggak inget.

      KonoSuba nggak nonton... liat doujinnya aja dah #dihajar

      Delete
    4. ketika DEEN yg biasanya terkenal dengan anime dengan hasil yg rata2 malah kyoani yang jeblok dibawah standar kyoani sendiri menurut saya

      Delete
    5. Ho oh bener... Musaigen bikin gregetan sumpah, pengen saya kasih 5 aja deh, itu pun buat Reina nya awokeaowkeoawe #plak

      Nunggu Koe no Katachi aja, itu manganya bagus kok. Selama nggak diutak-atik ceritanya sama KyoAni, harusnya bakal puas (y)

      Delete
  2. baru beres nonton ni anime 4 episode awal bikin ngantuk
    tapi seterusnya bikin nagih. kerenlah ini DEEN
    bakal ada s2 nya kan ini?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Begitulah... klo buat saya ep 2 sama 3 nya aja sih yang perlu energi lebih. Lepas dari situ udah beres.

      Yep S2nya confirmed ada:
      http://anidb.net/perl-bin/animedb.pl?show=anime&aid=12062

      Delete
  3. Bijak banget ga nerjemahin semua judulnya, emang spoiler banget ya.

    Nice review! Saya setuju sama skor akhirnya.
    S2 bakal dibuat review-nya juga, kan? Apa bakal jadi AOTS lagi disini? hehe
    Emang keren banget sih S1-nya, jadi saya ga terlalu berekspektasi S2-nya bakal ngelebihin S1. Empat episode awal sih lumayan menjanjikan.

    Rakugo favorit 'Shinigami', 'Shibahama' sama yang ngitung koin abis makan mi (lupa lagi judulnya).

    "Setiap kali ada adegan pertunjukan, saya bener-bener berasa seperti lagi duduk di barisan bangku penonton."

    Saya malah ngerasa di anime ini rakugo bisa dibikin ga ngebosenin (pernah liat perbandingan 'Shinigami', walo ga ngerti juga). Kalo kata temen saya di certain forum, rakugo di anime ini bisa dibikin lebih menarik karena bisa mainin angle si performer-nya yang bisa dibikin kayak jadi beberapa orang yang berbeda pas perform. Kalo nonton rakugo langsung kan cuman bisa dinikmati dari depan aja, jadi agak ngebosenin. Tapi, disini bisa diliat dari beberapa angle(termasuk close up ke ekspresi performernya yang keringetan, Kiku seksi abis #plakk), jadi di anime, rakugonya emang lebih kerasa ngehiburnya(beberapa sih).

    ReplyDelete
    Replies
    1. Judulnya berbahaya memang wkwkkwkwkw

      Pasti dong kalo reviewnya, cuma nggak akan dibikin First Impression-nya aja. Jadi tunggu abis aja, pasti ada ntar.

      Masalah judul rakugonya saya nggak gitu perhatiin, maap XD Lebih konsen ke isi cerita sama suara yang nyeritain.

      Hooo... iya juga ya. Kenapa saya nggak tulis masalah angle kamera itu (@__@) Tapi ya sudahlah ya, anggep aja saya penonton "omnipresent" yang bisa pindah" bangku setiap kali sudut kamera berubah wkawkakwkakw #maksa #digeplak

      Delete
  4. Asiik, ditungguin deh review S2-nya hehe. Blog-nya dah saya follow, biar bisa liat update-annya hehe

    Soal Rakugo, awalnya saya juga cuman tau yang Shinigami doang. Soalnya yang pertama ditampilin ini, kan? Yang mie itu baru nemu judulnya, judulnya Joshiroku. Nemu versi english-nya juga di Youtube judulnya jadi Time-noodle(?)

    Gapapa kok luput juga, lagian review ini udah lengkap menurut saya. Saya juga ga merhatiin itu pas nonton, soal angle itu saya baca dari postingan temen wkwkwk

    ReplyDelete
  5. Terima kasih atas wonderful review nya!
    Saya sangaaaat suka dengan anime ini. Bahagia jadinya kalau ada yang ngulas anime ini dengan sejuta pujian :D.
    Saya sudah selesai menonton anime ini sampai season 2 dan perasaan saya dibawa naik turun kayak naik roller coaster. Belum lagi plot twits nya yang bikin celangap.
    Sekali lagi, thank you for your awesome review!

    ReplyDelete
  6. entah kenapa baru nonton 2 ep langsung gak kuat :3

    ReplyDelete